Alive?

Aku penasaran siapa yang akan menghancurkan batasan ini. Entahlah!

Aku tidak pernah mengaku bahwa aku masih normal. Rasanya seperti di ambang kewarasan setiap aku memandang dirinya. Ingin kucekik hingga wajahnya membiru, sekali saja.

Berulang kali aku mempermainkan dirinya. Membuatnya merasa tak berguna lalu membuatnya merasa berharga, selalu seperti itu. Tidakkah kau lihat dirinya? Dia terpantul utuh di cermin retakku. Bayangan manusia biasa yang penuh dosa sehingga dirinya mati rasa. Kau lihat? Dia terpantul dengan senyuman terbaiknya. Senyuman yang selalu ditujukan kepada orang-orang di sekitarnya hanya agar ia dikenal sebagai orang yang ramah. Tetapi alangkah baiknya kau lihat dia sendirian ditempat gelap. Apakah kau mendengar isak tangisnya? Atau kau mendengar tawa sadisnya? Ah, atau malah kau tidak bisa mendengar apapun? Sunyi bukan? Ruangannya dipenuhi darah dan ia terbaring tak bernyawa? Kalau begitu aku turut bahagia.

Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku terluka. Dilihat dari sisi manapun orang akan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Lagipula aku yang sering melukai jadi tentu saja bukan aku yang diobati malah aku yang jadi tersangka. Ah, sudahlah, tak usah dipikirkan, ini hal yang biasa terjadi 'kan? Tidak ada bedanya. Sakitnya pun semakin tak terasa.

Kau bertanya mengapa aku menulis ini? Haha, ini hanya candaan konyol tau, sesekali aku ingin menulis kebodohanku. Orang-orang sok baik itu suka dengan tingkah bodoh orang lain kan? Makanya akan aku kabulkan permintaan mereka. Para jalang hina itu sebaiknya tertawa dan simpan saja simpati bodohnya. 

Jangan mengelak seperti itu, kau juga termasuk bukan? Jangan berpura-pura mengerti! Tugasmu kan memang hanya jadi orang yang 'baik' dan tugasku menjadi musuhmu.

Aku penasaran sampai kapan ini akan bertahan. Aku juga. 

Aku bertanya-tanya sampai kapan kewarasanku bisa dipertahankan. Sejujurnya aku takut jika memang harus mendekam di balik jeruji itu. Aku takut jika harus disiksa dengan obat-obat itu. Aku tidak suka jarum suntik, itu mengerikan. Lalu apakah suatu hari nanti aku akan merasakan semuanya? Aku harap tidak. Aku tidak mau!

Setengah diriku berharap jika duniaku hancur saja tapi setengah lainnya masih tidak mampu menghadapi semua. Salah langkah sekali saja, aku bisa musnah. Berlebihan ya? Memang begitu, kalau tak suka pergi jauh saja.

Apa kau akan selalu hidup dalam ilusi yang kau ciptakan? Inginnya begitu~

Meski orang menyebutnya ilusi semata, namun aku hanya bisa hidup disini. Sungguh, aku lelah. Keinginan mati itu terus tertempel di otakku, melekat, dan mengalir dalam darahku. Aku tau orang berharap umurnya panjang, tapi aku tidak. Aku tidak sekuat itu. Menjerit kala tengah berada di ambang kewarasan, tapi kau tidak peduli bukan? Aku juga tidak ingin peduli, makanya aku ingin mati saja.

Akan kujelaskan bagaimana letihnya aku terbangun dari tidurku dengan keringat membasahi tubuh. Berulang kali mencoba tidur kembali agak bisa memperbaiki, berulang kali pula hancur hingga tak terbentuk lagi. Bagaimana aku melakukan banyak kesibukan agar dapat beristirahat di malam hari. Sayangnya aku tidak bisa tidur dengan lelap

Bagaimana aku akan menangis untuk masalah yang sepele?

Membosankan ya? Padahal aku sudah berusaha untuk baik-baik saja. Tetapi aku makin tersiksa. Apa aku perlu meminum obat penenang? 

Menyedihkan! Padahal jelas aku bisa berdiri dan melangkah namun seolah lumpuh. Bisa berbicara tetapi memilih bisu. Bisa melihat tetapi memilih buta. Sinting? Memang!

Terima kasih pada kegilaan ini yang membuatku menyadari bahwa terkadang hidup bisa cukup berarti meskipun segalanya tidak baik-baik saja. Sekarang cukuplah aku tenang dengan dua perawat yang menahanku agar tabib itu bisa memberi penawar racunnya. 


Finn  

Comments

  1. Cerita kamu the best banget. Segala untaian kata yang kamu tulis membuat saya sebagai pembaca terlarut di dalamnya. Pembawaan setiap kata yang unik dan menarik sangat membuat saya ketagihan untuk terus membacanya. Setiap makna yang tersirat dalam cerita kamu membawa kesan tersendiri bagi yang membaca. Semangat untuk kamu ya, cerita kamu sangat terbaik

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

I Want to Die