I Want to Die

The story is inspired by the song 死んでしまいたい、(I want to die) by Centimillimental.

Ashira Morishima presents©2021


Ingin kubuang, tapi tak bisa

Kehidupanku bagaikan tumpukan sampah

'Kehidupanku ini sungguh tak berarti'

Meskipun begitu, hari ini pun aku kan terus hidup


Beberapa orang hidup di dunia ini tanpa keinginan hidup. Rasanya ia melakukan hal yang dianggap benar namun masih dianggap tidak wajar oleh orang lain. Kami berbuat baik hingga kejam tetapi masih belum menemukan jati diri. Mengikuti arus ataupun melawan arus rasanya sama saja. Semakin transparan kemudian memudar begitu saja.

Pernahkah kau merasa muak dengan hal-hal yang terjadi di duniamu? Merasa bahwa apapun yang kau lakukan selalu salah? Dan rasanya orang-orang di sekelilingmu tidak pernah bisa melihatmu. Hah? Kau bertanya apa aku pernah merasakannya? Sayangnya tidak, aku tidak merasa tidak bisa dilihat, tepatnya aku yang memilih untuk menjadi transparan.


○○○


Aku ingin mati

Namun, aku tak ingin mati


Seringkali aku merasa menjadi seseorang yang cukup menyedihkan. Aku suka makanan manis yang ada di dunia ini, itu salah satu alasan aku tak ingin mati. Membayangkan jika di masa depan akan ada permen rasa baru, aku tak ingin mati sekarang. 
Aku masih lebih suka ditemani makanan manis.


Hanya inilah satu-satunya keteguhan hati yang ku miliki

Dihancurkan dan diinjak-injak

Semuanya hancur berkeping-keping


Pernahkah kau percaya pada seseorang namun orang itu bersikap tak peduli? Aku pernah. Ia disebut sebagai teladan oleh orang-orang. Orang tuaku juga menghormatinya dan aku berharap banyak padanya. Ternyata aku salah memahami prinsip hidup orang di sekitarku. Beberapa masih bisa berdampingan denganku, beberapa lagi memilih menjauh dan mengabaikanku. Aku benci sekali hal itu, rasanya menyakitkan. Namun lagi-lagi aku tak benar-benar marah, dengan polosnya aku masih berusaha menyapa bahkan dengan senyum sok manisku.


Aku ingin mati

Namun, aku tak bisa mati


Hari dimana aku hampir menyerah itu tidak ada. Aku menikmati semuanya. Peran yang kumainkan dalam opera itu, menikmati rasa peduli juga benci di hari-hari yang cukup menyenangkan itu. Namun lagi aku tidak bisa menahan air mataku saat kedua orang itu berbicara padaku. Aku ingin berteriak kepada mereka, ingin menangis keras lalu tertawa terbahak-bahak. Tetapi, aku memilih diam di tengah tangisku, seolah mendengarkan segala dan akan mematuhi. Dan keputusan akhirnya aku akan menyelesaikan atau lebih tepatnya menutup paksa tirai di atas panggung itu agar semua orang tidak melihatku yang menyedihkan ini.


Aku ingin mati

Namun, aku benci rasa sakit dan aku enggan merasakan sesak

Namun, itu semua tidak ada artinya dibandingkan dengan kenyataan yang lebih menyakitkan dan menyesakkan


Orang bilang jika kau mulai depresi, kemungkinan besar kau akan menyakiti dirimu dengan benda-benda tajam. Tapi aku bersumpah, itu tidak kulakukan. Aku hanya menatap jarum yang ada di atas meja riasku, gunting yang kusimpan dalam laci dan pisau yang tidak pernah kusentuh. Aku tidak suka bekas luka, itu jelek. Namun bukan berarti aku tidak pernah menyakiti hatiku. Aku sengaja mengingat kenangan pahit yang akan  membangunkanku tiap malam, memberiku mimpi buruk. Sengaja kuhancurkan diriku seperti itu agar tidak meninggalkan bekas luka di kulitku.


Aku ingin mati

Bagaimanapun aku tak bisa mati


Meski mulai kacau dan akan dengan mudah hancur, aku masih berdiri. Aku masih suka melihat ekspresi orang-orang di sekelilingku. Aku masih ingin menghabiskan hidup dengan sikap egoisku. Aku ingin menghancurkan orang yang sudah melukaiku. Aku ingin membunuhnya.


Aku tak ingin mati

Namun, aku ingin mati


Sejujurnya aku muak dengan semuanya. Berkali-kali terduduk di tengah hujan atau berdiri di bawah terik matahari. Aku marah, kesal semua bercampur membuatku semakin frustrasi. Semuanya menjadi hitam putih, membuatku bias akan apa yang ada di depan mata.


Aku ingin terus hidup

Namun, aku ingin melarikan diri saja dari kenyataan ini


Aku bertanya-tanya pada diriku. Aku ingin menghilang saja. Aku ingin berlari kencang meninggalkan segalanya. Biarkan saja orang-orang mengecapku tidak bertanggung jawab, mereka juga tidak mengerti dan tidak mau mengerti.


Aku ingin berada di sisinya

Namun, hatiku terasa sakit


Aku ingin berlari ke arahnya, sebisa mungkin mengeluarkan suara agar ia menoleh, namun tidak bisa. Suaraku tidak keluar, seketika bisu. Tatapan matanya terhadapku berbeda dari sebelumnya. Aku benci tatapan itu. Aku yakin aku yang memulai kehancuran ini lalu mengapa ia memandangku sebagai korban? Aku benci rasa kasihan itu.


Aku ingin mati

Namun, aku ingin melihat hari esok


Lukaku sudah semakin parah. Punggung bahkan wajahku membiru, bekas cambukan dan pukulan terlihat jelas. Meski begitu, dengan bodohnya aku masih berharap bisa melihat matahari esok. Aku ingin menghirup udara pagi seperti hari-hari sebelumnya.


Aku ingin kau mendekapku,

lalu tertidur lelap di dalam dekapanmu


Kali ini aku mencobanya lagi dan berhasil. Aku dibawa ke dalam dekapan hangat itu. Aku menangis keras di dekapannya, tidak mampu menjelaskan apapun. Namun ia dengan tenang menepuk punggungku, mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak masalah jika aku egois, ia akan tetap bersamaku.


Aku tak ingin bangun

Namun, aku ingin membuka mataku dan melihat wajahmu

Saat aku sedang berada di dalam dekapanmu, kontradiksi ini sering terjadi


Ia mengobati lukaku, membuat penawar racun untukku. Walau sudah diobati bukan berarti aku bisa langsung pulih. Aku ingin menyerah tetapi membayangkan air mata yang akan mengalir dari matanya ataupun jika ia merasa dirinya tak berguna, aku tidak bisa. Aku tidak suka jika dia menangis, aku ingin dia memarahiku jika aku bersikap menyebalkan. Aku masih ingin mendengar pujian tulusnya. Aku tidak rela jika posisiku digantikan oleh orang lain. Tapi jika hanya orang itu yang bisa membuatnya tertawa lagi maka akan kupikirkan.


Ia adalah segalanya bagiku

Aku yakin itu adalah segalanya bagiku.


❄❄❄


"Aku ingin mati."

"Mengatakan hal itu saat kencan bukanlah hal yang baik. Aku tidak menyukainya!"

"Tapi kalau aku mati, aku tidak bisa makan permen dan es krim lagi. Aku tidak ingin mati."

"Kalau ada yang ingin diceritakan, katakan padaku. Kau boleh marah, tertawa dan menangis sesukamu. Aku ini kekasihmu bukan boneka yang kau beli untuk jadi hiasan. Kau diizinkan mengambil waktuku sesukamu. Bukankah aku sudah sering mengatakan hal itu?" Pemuda itu tersenyum manis, membuatku tertawa kecil.

"Terima kasih sudah mau jadi kekasihku," kataku memandangnya.

"Aku tidak suka jika ada orang lain yang akan merebut semua hal baik ini." Aku merasa marah membayangkan ia menjadi milik orang lain. 

"Kalau begitu jangan mati. Jangan berpikir untuk meninggalkanku secepat ini," ujarnya menggenggam tanganku.

"Tidak kok, aku hanya suka berpikir aneh saja," kataku mengelak, menghindari tatapannya.

Ia terdiam kemudian tertawa lepas, "Kalau begitu bagaimana jika kita berdua bunuh diri saja?"

Mendengar pertanyaannya aku sedikit meringis, "Maaf saja aku tidak suka jika kulitku memiliki bekas luka. Meskipun aku ingin mati, bunuh diri bukan pilihanku."

"Teruslah hidup bersamaku, aku akan menemanimu dalam kubangan lumpur itu. Aku tidak keberatan untuk ikut kemana pun kau pergi. Aku bersumpah." Ucapannya membuatku terpana, sekejap terasa begitu hangat, seperti hari pertama musim semi.

"Ayo akhiri omong kosong ini, aku seperti kekasih yang jahat saja jika memintamu ikut denganku. Aku yang akan ikut denganmu."

Hari yang akan datang mungkin lebih berat dari ini. Bisa jadi besok aku akan lumpuh, buta bahkan mati tapi itu akan sangat berarti jika dalam keadaan duka pun aku masih bisa menghabiskan waktu bersamanya. 

“Terima kasih sudah mau menerimaku. Terima kasih sudah mau merepotkan dirimu untukku. Maaf telah menahanmu selama ini, telah mengikatmu dengan kencang hingga kau hanya bisa menjadi bonekaku. Selamat tinggal. Semoga aku abadi dalam ingatanmu, Sayang.”

“Tidak peduli akan sehancur apa jika aku bersamamu, aku tidak akan pergi. Mau kau ikat bahkan mengendalikanku, aku tidak peduli. Lakukan sesukamu asal kau tidak akan mengatakan selamat tinggal atau aku akan benar-benar membencimu dan mengabadikan dirimu dalam ingatanku, Sayang.”


°Fin°


Comments

  1. I just wanna be a sun for you but it's so hard... I wanna die but I can't because I still wanna see your smile. I love you even though you will never know my feeling...

    ReplyDelete
  2. Bagus banget, jadi kebayang masa-masa sulit dimana kita merasa tidak dibutuhkan namun akhirnya kita sadar bahwa mati pun tiada guna, malah akan menambah malu keluarga 😂

    ReplyDelete
  3. Sdg difase tdk percaya diri dan rasanya ingin mati tetapi pikiran it brbh seketika ketika dia dtg untk memberi smngtt

    ReplyDelete
  4. Ceritanya menarik . Kita seperti terbawa kedalam cerita , seperti melihat bayangan cermin diri kita sendiri . Dimana saat kita mendapatkan masalah hidup yang begitu berat , rasa putus asa sampai-sampai kita ingin mengakhiri hidup kita sendiri , namun tidak bisa kita lakukan . Tokoh didalam cerita memberikan atau menemukan sebuah hal yang harus diperjuangkan hingga siap untuk mengorbankan apapun . 🥺🥺

    ReplyDelete

Post a Comment