Bukan Salahku
Ashira Morishima Present©2021 Dinginnya malam tidak menyusutkan Amira untuk bersantai di balkon kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding es itu, lalu duduk menepi. Punggungnya bergetar, perlahan isak tangis terdengar, memecah heningnya malam. Satu jam berlalu dan baru lima menit lalu bahunya berhenti bergetar, tangisnya mereda. Menghela napas lega, ia berdiri masuk ke kamarnya yang membuat tubuhnya mulai menghangat. Setelah membersihkan wajahnya, ia menatap pantulan dirinya di cermin, "Astaga! Mataku masih kelihatan sembab," ujarnya menyentuh kantung matanya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimut dan tertidur. Pagi telah menghampiri, anginnya menyeruak masuk ke kamarnya. Tentu saja Amira sudah terbangun. Sudah jadi rutinitasnya untuk menikmati langit fajar, apalagi saat hari libur, ia memiliki waktu dua jam lebih lama untuk duduk di balkon. Membaca buku, menulis puisi dan meminum teh hangat ataupun secangkir kopi. Monoton sekali. Alunan piano fantas...